(100) Satu Cinta
‘’CEWEK Keberapa tuh Jon?’’ Pertanyaan itu
hampir setiap minggu kutanyakan ke Jono,
sahabatku. Sekedar informasi, jangan
tertipu dengan namanya, Jono. Si playboy cap kutu busuk, monyet nangkring,
kambing congek, kura-kura dalam perahu, pokoknya semua isi kebun binatang deh.
Semua julukan itu didapatnya dari semua cewek-cewek yang pernah dia pacari,
kira-kira satu pekan satu orang. Bayangkan saja berapa banyak julukannya hingga
saat ini! Namanya memang nggak ada kerennya sedikitpun, tapi tampangnya
beuhhh...?? Kayaknya itu deh yang buat cewek-cewek klepek-klepek.
‘’Mau tau aja,’’ jawab Jono dengan tampang
innocent-nya, yah??? “Emm... Si Icha yang ke sembilan delapan, Wulan sembilan
sembilan, so yang ini ke Seratus deh. Hore....!”
‘’Seratus??’’ kataku kaget, sampai-sampi aku
tersedak es cendol yang sedang aku minum. Gila lo, tapi keren banget Jon.
Jujur aja sebenarnya aku iri banget Jono. Tapi
apa boleh buat aku memang bukan tipe orang yang kayak Jono. Aku sih punya satu
aja udah cukup, itu juga susah ngedapetinnya.
***
Suatu hari hal aneh terjadi, bayangin aja, Jono cerita ke aku, kalau dia mau
tobat dari
kebiasaannya yang suka gonta-ganti pacar.
‘’Hah?? Serius tuh? Kamu nggak sakit kan Jon?’’ kataku benar-benar nggak
nyangka
pembicaraan beberapa detik yang lalu.
‘’Ya iya lah,’’ kata Jono. “Emang nggak boleh ya?” sambungnya.
‘’Boleh-boleh ajha sich. Tapi kalau aku boleh tahu, kenapa sampai tiba-tiba mau
berhenti jadi
player? Bukannya dulu kamu bilang itu obsesi kamu yang terbesar?
Udah itu pake ngajak-
ngajak aku lagi,’’ kataku dengan seribu pertanyaan,
sampe-sampe bicara aja udah kaya
pemadam kebakaran (muncrat maksudnya).
‘’Itu kan dulu. Orang kan bisa berubah,’’ katanya membela diri.
‘’Ah nggak mungkin, aku nggak percaya. Pasti ada apa-apanya kan? Hayo...?’’
katakumencoba mencari jawaban yang lebih pasti. Karena aku yakin banget pasti
ada hal
yang nggak beres. ’’Jangan bohong deh sama aku, aku bukan 100 cewek
yang udah kamu
bohongi itu Jon, aku sahabat kamu!’’ tambahku, yang memperlakukan
Jono layaknya seorang
maling yang ketangkep basah.
Wajah bloon Jono tiba-tiba aja nongol di depan mataku. Keliatan banget kalau
dia bohong.
‘’Udah deh males minta saran sama kamu, sok detektif kamu.’’ katanya, lalu dia
pergi.
Setelah hari itu hampir beberapa hari Jono nggak pernah ngobrol bareng aku di
sekolah,
apalagi datang kerumah buat pamerin gebetan barunya. Dan sejak hari
itu aku lihat Jono
berbeda dari biasanya, dia lebih banyak diam dan menyendiri
kaya orang aneh.
***
Lewat seminggu Jono masih tetap aja kayak beberapa hari yang lalu. Aku ambil
keputusan
buat nyari tau apa sih yang buat sahabatku itu sampai begitu
menyedihkan. Karena secara
garis besar ramalan bintangku yang bersimbol
kalajengking hitam nan jantan lagi macho (alah,
Scorpio maksudnya), aku emang
berbakat jadi seseorang yang bertugas menyelidiki sesuatu
yang janggal sehingga
ditemukannya titik pemecahan masalahnya dan... (ehm) kepanjangan,
langsung ajha
dech, detektif!
Kemudian aku mulai pencarian dari mantan pacar Jono yang terakhir, Wini.
Niatnya cari
informasi, eh malah Wini curhat ampe nangis-nangis Bombay nggak
jelas gitu. Bikin aku
sampe bete dan panik, takutnya ntar dikirain ngelakuin
yang nggak-nggak, Ih amit- amit deh.
Yang buat aku tambah bete, Wini minta
bantuan aku buat balikan lagi sama Jono. Memangnya
aku biro jodoh apa? Aku kan
detektif.
Sialnya, aku benar-benar nggak dapat informasi apapun dari penyelidikanku yang
pertama.
Aku memutuskan untuk pindah kerencana B, mendatangi beberapa temen
Jono. Tapi hasilnya
tetep aja nihil. Dan aku juga cari tahu adakah masalah di
dalam keluarganya, tapi keluarganya
baik-baik aja. Dari sanalah aku mulai
bingung dengan apa yang harus aku lakukan untuk
langkah berikutnya. Akhirnya
aku memutuskan untuk cari pertolongan dari orang lain.
Ya bener banget, aku harus kerumah Lili. Kata ku dalam hati untuk meminta
bantuan dari
pacar. Seakan-akan baru aja mendapatkan jalan terang.
Sesampainya di rumah Lili, aku langsung ceritakan semua yang sedang aku
selidiki. Lili sama
sekali nggak terkejut dengan apa yang baru aja aku
ceritakan dan lagi dia nggak berkomentar
apa-apa. Aku hanya bertanya dalam
hati. Apakah Lili nggak pernah ngerasa kalau aku benar-
benar cemas kepada
sahabatku itu? Atau Lili emang sedikit lemot untuk menangkap apa yang
aku ceritakan?
Aku masih aja bengong untuk menerka-nerka apa yang dipikirkan Lili tentang
semua ini.
Tanpa aku sadari Lili memulai pembicaraannya.
‘’Bim,’’ kata Lili memecahkan keheningan.
‘’Eh Iya,’’ jawabku sadar.
‘’Bima kenapa?’’ tanyanya seakan sadar akan kekosongan mataku.
‘’Oh nggak,’’ kataku buru-buru untuk mengalihkan pembicaraan. “Jadi, menurut
Lili gimana?
Ehmmm, sebenarnya Lili mau ceritain sesuatu ke Bima, tapi....’’ Kata Lili
dengan nada bicara
ragu-ragu dan sedikit serius.
‘’Loh? Emang mau cerita apa?’’ Kataku Si Kancil? Yah bosen Li, Bima udah sering
dengar
diceritain Emak sebelum tidur. Aku mencoba menetralkan suasana yang
sedikit berubah dari
raut wajah Lili.
‘’Bima! Lili serius.’’
‘’Eh, iya maaf,’’ kataku. Ya udah cerita aja. Kok pake rahasian segala?
‘’Sebenarnya Lili takut ceratainnya. Tapi kayanya Lili lebih baik cerita deh ke
Bima. Lili mulai
dengan ceritanya. Ini ada hubungannya dengan Jono, Bim.”
‘’Ha Jono? Kenapa? Lili tau kenapa Jono bekalangan ini murung aja?’’ Tanya ku
antusias.
‘’Duh, Bima sabar donk. Iya Lili kayaknya tau deh kenapa Jono sampai berubah
gitu.
Beberapa minggu yang lalu, emm Jono bilang kalau dia suka sama Lili.’’
Cerita Lili sedikit
ragu-ragu.
‘’Apa? Jono nembak Lili?’’ kataku memotong kata-katanya dengan nada tinggi saking
kagetnya.
‘’Tapi Bim, jangan salah paham dulu,’’ kata Lili. Pokoknya janji jangan marah
dulu, dan jangan
lagi-lagi potong cerita Lili. Oke?
‘’Iya,’’ jawabku udah kayak anak TK yang dijanjikan dibelikan permen kalau
enggak nakal di
kelas. Nasib.
Lili melanjutkan ceritanya. Sebenarnya Lili udah janji sama Jono kalau nggak
bakal cerita ini ke
Bima. Dalam diam, aku mendengarkan kalimat demi kalimat,
kata demi kata yang keluar dari
bibir Lili.
Jono emang bilang kalau dia suka dan sayang sama Lili sebelum kita pacaran,
tapi dia nggak
minta Lili buat jadi pacarnya. Emm... pertamanya Lili nggak
percaya dengan apa yang
dikatakan Jono. Tapi semuanya benar-benar nyata dan
Jono serius tentang itu. Satu hal yang
buat Lili makin percaya, Jono bilang
kalau Lili harus bener-bener bisa barengan terus sama
Bima. Karena Jono nggak
pengen liat sahabat terbaiknya merasa sakit.
Kalimat terakhir yang Lili ucapkan membuat aku nggak bisa bilang apa-apa. Aku
benar- benar
nggak nyangka kalau cowok kayak Jono bisa menghargai arti
persahabatan, bahkan lebih dari
aku. Aku ngerti banget Jono berani ngelakuin
hal itu karena dia nggak mau dikatain playboy
pengecut. Karena salah satu dari
banyak hal yang dia katakan ke aku kalau laki-laki itu harus
berani
mengungkapkan isi hatinya. Dan hal inilah yang membuat aku bisa nyatain sayang
ke
Lili.
Jono memang sahabat sejatiku, dia rela melepas cinta keseratus satunya untukku.
Dan aku
yakin ini kali pertama Jono merasakan benar-benar jatuh cinta. Tapi
kenapa Jono harus
merahasiakan semua dari aku? Ya bener banget, aku juga akan
merelakan Lili untuk Jono jika
aku tau hal ini lebih awal.
0 comments
Posting Komentar